Jumat, 06 Maret 2015

Field Note

KENANGAN KKN
Judul               : Penerjunan peserta KKN
Informan         : Teman-teman KKN
Lokasi             : STAIN PEKALONGAN, Pendopo Kajen, Desa Notogiwang
Waktu             : Selasa, 1 April 2014 / Jam 07.00 – 12.00 WIB

Pada tanggal 1 April 2014 tepatnya hari Selasa pukul 07.00 WIB, seluruh peserta KKN berkumpul di STAIN Pekalongan. Saya duduk di halte depan STAIN. Saya menunggu teman-teman yang belum hadir. Bis-bis yang akan mengangkut peserta KKN sudah dipersiapkan. Tak lama kemudian teman-teman saya yang satu kelompok dengan saya sudah hadir dan mereka berkumpul di audiotorium. Sedangkan saya masih tetap di halte sambil mengamati bis-bis yang berjejar di depan STAIN Pekalongan. Ada salah satu teman saya yang mendekati saya di halte. Dia diantar oleh ayahnya, mendekati saya dan menaruh tasnya di dekat tas saya. Saya diajaknya menuju auditorium dan saya mengiyakan.
Di auditorium, saya bertemu teman-teman lain yang sudah bersiap-siap untuk naik bis. Kami mengecek lagi, barangkali ada barang yang penting yang belum dibawa. Saya mengamati disekitar kami, teman-teman yang berasal dari kelompok lain. Mereka juga memeriksa barang-barang mereka dan saling bercakap-cakap dengan teman-teman sekelompoknya.
Bis sudah siap, kami dihimbau untuk segera memasuki bis. Kami memasuki bis dengan membawa barang-barang kami. Bis yang kami naiki berwarna hijau. Bis yang kami naiki benar-benar sesak dipenuhi oleh barang-barang yangkami bawa. Sampai-sampai printer kelompok kamiharus dipangku oleh sayadan salah satu teman saya yang kebetulan duduk satu kursi dengan saya. Pada saat itu saya didekati teman dekat saya dan memastikan keadaan saya baik-baik saja.
Bis mulai berjalan. Saya mulai tidak menyukai kondisi saya yang harus membawa/ memangku printrer bersama teman di sebelah saya. Sesak dan tidak bisa bergerak. Tujuan kami yang pertama adalah pendopo Kabupaten Kajen. Perjalanan antara Pekalongan-Kajen memakan waktu kurang lebih setengah jam.
Kami sampai di pendopo Kabupaten Kajen sekitar pukul 19.00 WIB. Kami mengisi absen, mendapat snack dan duduk di kursi yang telah disediakan. Kami disuruh melepas jas almamater oleh MC karena akan ada acara penyerahan peserta KKN ke Bupati Kajen.
Acara yang membosankan menurut saya, karena saya sudah tidak tahan dengan keadaan saya sendiri, pingin segera sampai ke tujuan tanpa berbelit-belit ada acara penyerahan. Apalagi hari sudah hampir siang dan cuacanya panas.
Acara penyerahan berlangsung dengan lancar. Acara tersebut dihadiri oleh Bupati Kajen, camat-camat daerah tujuan KKN, beberapa Dosen dan Staff STAIN dan beberapa tokoh masyarakat Kajen. Acara penyerahan selesai dengan disertai keberangkatan kami menuju ke Kecamatan Paninggaran.
Kami berangkat ke Kecamatan Paninggaran sekitar pukul 11.00 WIB. Perjalanan yang kami lalui cukup menegangkan, karena bis yang kami tumpangi harus melewati jalan yang naik turun dan berkelok-kelok. Rute yang kami lalui adalah Kajen – Linggoasri – Desa Tenogo – Desa Domiyang dan Kecamatan Paninggaran. Kami diturunkan di depan kantor kecamatan yang bertepatan dengan pasar Paninggaran.
Di Kecamatan ada acara penyerahan mahasiswa KKN kepada Bapak Camat, beberapa kepala dosen, para dosen pembimbing lapangan dan mahasiswa-mahasiswa perwakilan kelompok masing-masing. Acara tersebut juga merupakan acara penyerahan Mahasiswa KKN kepada kepala desa tujuan KKN. Acara berlangsung tidak lama. Untuk kelompok kami yang menjadi perwakilan untuk memasuki kantor kecamatan diantaranya adalah Dadang Irwanto dan Muhammad Iqbal Majdi, sedangkan yang lainnya menunggu di depan pasar Paninggaran.
Setelah acara selesai, kami bersama-sama bersiap-siap menuju desa tujuan KKN kami, yaitu desa Notogiwang. Mobil yang akan membawa kami ternyata sudah dipersiapkan oleh kepala desa. Kami menaikkan barang-barang ke mobil dam yang menaiki mobil adalah peserta putri, sedangkan peserta putra dari kelompok kami menaiki motor.
Ternyata untuk menuju ke desa Notogiwang, kami harus melewati desa Domiyang. Sebenarnya ada jalan lain untuk menuju ke desa Notogiwang selain desa Domiyang, yaitu jalan di tengah-tengah desa Tenogo. Akan tetapi, dikarenakan letak Domiyang lebih dekat dengan kecamatan dan jalan yang dilalui tidak seberat di Tenogo, maka kami melewati desa Domiyang sebagai jalan alternatif yang cukup mudah dijangkau.
Kami baru kali itu melewati jalan masuk menuju Notogiwang. Jalannya yang rusak, naik turun, curam dan bersebelahan dengan tebing dan persawahan. Kami merasakan bahwa perjalanannya tidak begitu menyenangkan walaupun pemandangan alamnya sangat indah, apalagi ditambah kondisi cuaca yang tidak mendukung. Kami kehujanan ketika kami sudah berada di tengah-tengah jalan antara Domiyang dan Notogiwang.
Tak terasa perjalanan kami memakan waktu setengah jam. Kami tiba di desa Notogiwang sekitar jam satu siang. Kami berhenti di depan rumah kepala desa tepatnya di dukuh Notowarih Bawah. Saya tidak mengira setelah kami mengarungi jalan yang berat, jauh dan melewati hutan persawahan ternyata ada desa yang penduduknya cukup padat.

Catatan reflektif:
Desa Notogiwang adalah desa yang diapit oleh persawahan dan hutan. Pemandangan alamnya sangat indah namun letaknya terpencil. Akses jalannya cukup berat untuk kami yang baru pertama kali kesana.
Pertanyaan lanjutan:
Siapa orang yang pertema kali datang ke desa Notogiwang dan membangun desa tersebut?


Umi Khamdanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...