Minggu, 21 Januari 2018

UMUME WONG


Pernah suatu ketika saya menanyakan rencana kegiatan kepada teman saya "Besok kita akan membuat acara yang seperti apa?"
"Kita bikin umume wong Pekalongan wae." Jawab teman saya.
Sekarang kita tanya, umume wong Pekalongan opo sih? (Umumnya orang Pekalongan apa sih?). Umumnya orang Pekalongan tidak bisa berbahasa jawa kromo. Tidak bisa dipungkiri sebagian besar orang Pekalongan tidak bisa berbahasa jawa kromo halus karena bahasa jawa kromo hanya diterapkan jika kita akan berbicara dengan orang yang lebih tua. Di Pekalongan, berbicara menggunakan bahasa jawa halus jarang dipakai jika lawan bicaranya teman sebaya, sehingga jika ada seseorang dari luar Pekalongan yang seumuran dengan kita dan berbicara bahasa jawa halus, kita akan protes. "Ngomong karo aku bek pijar boso alus. Biasa wae." (Ngomong sama aku kok pakai bahasa halus, biasa saja).
Sebuah keumuman tidak hanya berupa bahasa. Jika merambah ke acara adat di Pekalongan, ada beberapa orang melakukan sesuatu hal berdasarkan keumuman orang-orang yang berada di dekatnya. Misalnya acara khitanan, orang Pekalongan biasanya membuat Arang Kambang. Arang Kambang adalah ketan hitam yang dimasak menjadi empuk seperti nasi, ditaburi parutan kelapa dan disirami gula jawa yang dicairkan. 
Bagaimana jika orang Pekalongan mengadakan hajatan pernikahan? Kebanyakan orang Pekalongan biasanya melalui beberapa tahap acara ketika mengadakan hajatan pernikahan, misalnya Nakoke, Sangsangan, Ngiket, Walimah, Resepsi dan Balik Kloso. Beberapa orang Pekalongan juga memperhatikan beberapa pernik seserahan dan hidangan hajatan pernikahan. Misalnya pihak laki-laki memberi seserahan berupa kambing.
Bagi orang-orang yang berpikiran sempit, orang yang tidak mengikuti keumuman di daerahnya akan dianggap tabu dan diremehkan. Misalnya ada seorang laki-laki meminang perempuan tanpa membawa seserahan. Kalau keluarga si perempuan tidak mempermasalahkan seserahan, its no problem. Tapi jika pihak keluarga perempuan mempermasalahkannya, siap-siap saja diremehkan oleh pihak keluarga perempuan bahkan sampai anak cucu pun tetap dipermasalahkan. Kadang-kadang ketika sedang ada perseteruan, pihak yang meremehkan atau membully tersebut mengungkit-ungkit terus seserahan yang dulu diserahkan sebelum menikah. Hingga  si pembully berusaha untuk tidak meniru perbuatan yang dianggap memalukan tersebut agar diajeni atau dibanggakan di hadapan keluarga calon istrinya kelak. 
Tidak mudah memang jika kita ingin mengubah kebudayaan di tengah-tengah masyarakat kita. Bagaimana caranya agar orang-orang yang mungkin tidak mampu secara finansial mengadakan hajatan di daerahnya. Bagaimana caranya agar kekurangan yang kita berikan tidak diungkit-ungkit oleh masyarakat sekitar dan calon keluarga kita yang baru. Ada beberapa langkah agar kita tidak terus dibully gara-gara kita tidak mengikuti keumuman orang di sekitar kita. Misalnya dengan pembuktian bahwa kita berusaha menjadi pribadi yang semakin baik hingga akhir hayat kita.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...