Kamis, 08 Agustus 2019

PENTINGNYA PERAN KELUARGA SEBAGAI PENGGANTI IBU KANDUNG YANG BEKERJA DALAM MENGENALKAN GADGET KEPADA ANAK DAN KEGIATAN PEMBIASAAN DI RUMAH



Latar Belakang
Saya adalah mantan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di sebuah sekolah yang terletak di depan rumah ibu kandung saya. Saya mengajar di sekolah itu selama sembilan tahun. Banyak pengalaman yang saya dapat selama saya mengajar di PAUD, baik dari kegiatan intern sekolah maupun dari kegiatan Himpaudi kecamatan dan kota. Dulu saya ditempatkan di kelas usia dua sampai tiga tahun. Usia yang bisa dikatakan sebagai usia transisi anak mulai dilepas dari orang tua atau pengasuh rumah tangga selama dua jam.
Selama sembilan tahun mengajar, banyak anak yang belum dipersiapkan oleh orang tuanya masuk ke lembaga PAUD. Hanya sebagian kecil anak yang sudah bisa melafalkan doa sehari-hari, membuang sampah pada tempatnya, mau menjawab pertanyaan jika ditanya gurunya dan kegiatan-kegiata sederhana lain. Mungkin beberapa orang tua belum membiasakan anaknya melakukan kegiatan sederhana positif, sehingga ketika masuk ke lembaga PAUD anak benar-benar masih nol. Maka dari itu peran penting keluarga sangat mendukung perkembangan anak. Jika orang tuanya tidak mengajarkan apapun, minimal ada anggota keluarga lain yang berpartisipasi menyiapkan anak sebelum masuk ke lembaga PAUD.
Saya berhenti mengajar karena menyesuaikan keadaan suami dan kondisi tempat tinggal saat ini. Walaupun saya sudah tidak mengajar, saya masih tetap belajar dan tidak menutup diri dengan orang-orang yang lebih berpengalaman dalam mengasuh anak. Kebetulan ada satu orang yang diam-diam saya amati ketika dia mendampingi keponakannya. Saya tidak peduli dia bukan lulusan S1 PAUD. Dia adalah adik suami saya, alias adik ipar saya. Sebut saja namanya si C.
Mertua saya mempunyai empat orang anak. Pertama suami saya, yang kedua si B, yang ketiga si C dan yang terakhir adalah si D. Si B menikah paling awal dan dia mempunyai dua orang anak bernama Ila dan Mira. Saya dan si sulung menikah setelah si B mempunyai anak kedua. Si C dan si D belum menikah. Yang akan saya angkat dalam pembahasan ini adalah si C, Ila dan Mira.
Ila adalah anak pertama dari si B, sedangkan Mira adalah anak kedua. Saat ini Ila berumur empat tahun, sedangkan Mira berumur satu tahun. Ila sudah sekolah di TK kelas nol kecil, sedangkan Mira belum sekolah. Ila dan Mira sejak umur satu bulan sudah ditinggal ibunya bekerja. Mereka diasuh oleh bulek atau tantenya, si C. 
Satu hal yang saya sukai dari keluarga suami adalah penyayang anak. Kalau dalam bahasa jawanya adalah eman anak,  eman keponakan. Di dalam keluarga suami ada satu pelajaran yang selalu diajarkan orang tua kepada anak-anaknya, yaitu jika ada kerabat dekat yang meminta bantuan momong atau mengasuh anaknya, jangan ditolak. Karena kelak jika punya anak kita bakal butuh bantuan ke orang lain. Adik ipar saya, si C ini sudah sering mengasuh anak sejak dari jaman anak omnya yang sekarang anaknya sudah sekolah di SMP hingga keponakannya atau anak dari kakak kandungnya. Si C sudah terbiasa merawat anak kecil sejak dia masih muda. Mungkin ketika umurnya 17 tahun dia sudah merawat anak kecil didampingi oleh mertua saya. 
Saya pribadi sebenarnya tidak suka jika kedua orang tuanya, terutama ibunya terlalu mementingkan kerja. Akan tetapi karena si B dan istrinya sama-sama bercita-cita mempunyai rumah dan ingin mempunyai keinginan yang harus dicapai, mau bagaimana lagi. Kadang-kadang impian itu tidak sesuai kenyataan. Si istri tidak mempunyai keahlian kerja yang bisa membuat istri bekerja di rumah. Jaman sekarang, tidak semua wanita bisa menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Kadang tuntutan dari suami, mertua, keluarga, keadaan ekonomi, lingkungan dan lain-lain yang akhirnya mengharuskan ibu bekerja dan anak-anak diasuh oleh orang lain. Sebenarnya jika memang sudah diniatkan dari awal oleh sang ibu. Semuanya bisa diatur.
Dalam hal ini, saya lebih salut kepada buleknya atau si C. Walaupun kadang ia menyesalkan ibu keponakannya yang lebih mementingkan kerja di luar dibanding kerja sambil mendampingi anaknya. Sebenarnya bisa. Pekerjaannya bisa dibawa ke rumah. Tapi lagi-lagi karena melihat nominal gaji yang lebih besar jika dia bekerja di tempat kerja, dibanding jika dibawa di rumah. Sang ibu lebih memilih bekerja di perusahan bosnya. Etos kerjanya bagus sih menurut saya. Setelah anak-anaknya tidur pun dia masih lembur bersama suaminya.
Pemenuhan materi orang tua kepada anak sudah bagus, namun jika tidak diimbangi kasih sayang atau perhatian yang lebih kepada anak dikhawatirkan akan mengakibatkan dampak negatif di kemudian hari. Orang tua bisa saja membebaskan anak menonton acara televisi kesukaannya atau memberikan fasilitas gadget agar anak tidak rewel, sementara mereka sendiri sibuk bekerja. Tetapi jika si anak tidak diasuh oleh orang yang tepat dan dukungan keluarga maka perkembangannya dikhawatirkan tidak sesuai harapan. Berangkat dari latar belakang masalah di atas, saya ingin berbagi pengalaman tentang pentingnya peran keluarga sebagai pengganti ibu kandung yang bekerja dalam mengenalkan gadget kepada anak dan kegiatan pembiasaan di rumah.

Lokasi dan Metode
Tempat penelitian berada di rumah mertua saya, daerah kota Pekalongan Utara. Daerah mertua saya termasuk daerah zona bencana dimana setiap tahun sekali terjadi bencana rob. Di sekeliling rumah mertua saya adalah kolam genangan rob yang mana jika ada anak kecil yang bermain di pinggir kolam selalu diawasi oleh orang tua.
Metode pengumpulan datanya dilakukan dengan cara mengamati secara langsung. Pengamatan saya lakukan setiap hari karena saya masih serumah dengan adik ipar dan mertua. Untuk hari libur seperti hari minggu biasanya anak-anak ikut dengan orang tuanya, sehingga saya kurang tahu seperti apa pola asuh orang tuanya.


Konsep Pola Asuh
Pola asuh dalam keluarga sangat diperlukan untuk masa depan anak yang lebih baik, jika pola asuh sejak kecil telah keliru atau salah maka hasilnya adalah anak tidak teratur dengan sendirinya. Sehingga, orang tua atau pengasuh penting untuk mengetahui apa saja macam-macam konsep dan pola asuh pada anak usia dini. Ada beberapa pola pengasuhan yang bisa dijadikan acuan manakala kita menghadapi anak dan murid-murid kita di sekolah, diantaranya adalah konsep pola asuh Ali bin Abi Tholib dengan dipadukan dengan RPM3 (Responding, Preventing, Monitoring, Mentoring, dan Modelling).
Ali bin Abi Tholib mengatakan bahwa jika kita mendidik anak kita usahakan dididik sesuai jamannya, karena anak-anak kita hidup bukan di jaman kita. Ali bin Abi Tholib juga mengelompokkan cara memperlakukan anak menjadi tiga tahap sesuai usia,  yaitu:
  1. Usia 0-7 tahun perlakukan anak sebagai raja.
  2. Usia 8-14 tahun perlakukan anak sebagai tawanan
  3. Usia 15-21 tahun, perlakukan anak sebagai sahabat
Konsep pola RPM3 diantaranya adalah:
  1. Responding adalah merespon anak dengan tepat. 
  2. Preventing adalah mencegah anak berperilaku yang bermasalah atau beresiko. 
  3. Monitoring adalah mengawasi anak berinteraksi dengan lingkungan sekitar atau perhatian secara penuh. 
  4. Mentoring adalah membantu secara aktif dalam mengarahkan tingkah laku anak.
Penerapan Teori Pola Asuh 
Pola asuh ini bisa diterapkan di rumah sebagai pengganti lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Pola asuh ini harus dipahami oleh setiap pengasuh anak manakala orang tuanya bekerja di luar dan anak belum masuk PAUD dan TK. Pola ini sangat ideal jika diterapkan pada rasio 1:1 (satu anak satu pengasuh).
Kita hidup di era digital. Mau tidak mau kita harus belajar lagi dan mengikuti jaman agar menjadi bekal persiapan jika menghadapi anak ketika berhadapan dengan gadget. Begitu pula dengan adik ipar saya yang berusaha menyesuaikan gadgetnya dengan model keluaran yang lebih baru. Dia tidak pernah melarang keponakannya, Mira memegang HP Android. HPnya diisi dengan video anak-anak, kartun, lagu anak dan permainan anak yang mendidik. Selagi si anak menikmati video di HP (HP dalam keadaan offline), bulek atau tantenya melanjutkan kerja menjalankan mesin jahitnya. Jika anak ingin menonton televisi, buleknya tak segan-segan berhenti bekerja dan melayani Mira.
Mira adalah keponakan saya yang berusia 1 tahun. Sesuai dengan usianya, ia diperlakukan layaknya raja oleh buleknya. Jika ingin tidur, Mira ditemani buleknya berbaring di kamar. Jika Mira ingin buang hajat, buleknya langsung sigap membawa dia ke WC. Jika Mira ingin jajan, buleknya langsung menggendongnya pergi ke warung dan memilihkan makanan yang bergizi. Mira tidak pernah diajarkan jajan makanan kecil berMSG.

Konsep pola RPM3 yang diterapkan oleh adik ipar saya adalah sebagai berikut:
1. Responding 
  • Menjawab semua pertanyaan yang diajukan Mira dengan tepat.
  • Langsung tertawa apabila Mira mengungkapkan kata-kata yang lucu.
  • Merayu Mira apabila Mira ngambek dan marah kepada buleknya.
2. Preventing 
  • Menenangkan Mira ketika berebut mainan dengan anak tetangga atau kakaknya.
  • Segera mencari Mira ketika tidak ada di rumah, karena sebagai antisipasi jika anak tenggelam masuk ke kolam rob.
  • Mengajak bicara secara baik-baik jika Mira melakukan kesalahan, misalnya mengajarkan Mira minta maaf.
  • Mengawasi Mira apakah gadgetnya berjarak terlalu dekat.
  • Mengajak bicara Mira jika ia terlalu fokus kepada gadget dengan cara mengalihkan kegiatan yang lain.
3. Monitoring 
  • Mira didampingi sepanjang hari sejak dilepas oleh orang tua di pagi hari hingga orang tua menjemput.
  • Jika si bulek atau tantenya tidak ada di rumah, harus ada anggota keluarga lain yang menjaga Mira di rumah.
  • Mengawasi apakah mainan anak aman atau tidak
  • Mengawasi apakah makanan yang disajikan untuk Mira bergizi atau tidak
  • Memeriksa anggota badan Mira apakah ada yang kurang bersih, terluka atau kurang rapi
  • Memeriksa gadget yang diberikan oleh orang tua Mira apakah ada video baru yang didownload orang tuanya, apakah HP dalam keadaan online atau offline.
  • Memeriksa video yang didownload apakah pantas ditonton anak.
4. Mentoring 
  • Mengajarkan doa akan makan, tidur, masuk kamar mandi, memakai baju, naik kendaraan dan doa-doa lain dengan cara pembiasaan.
  • Menyanyikan lagu-lagu anak bertema positif
  • Mengajak anak berbicara secara berkesinambungan.
  • Membantu anak bagaimana cara membuka gadget.
  • Mengajarkan kepada Mira membuang sampah pada tempatnya.
  • Mengajarkan anak bagaimana jika ingin buang hajat, misalnya dengan mengatakan "Kalau mau pipis bilang sama bulek ya" dengan cara terus menerus setiap hari
  • Mengajarkan kepada Mira cara menghadapi minuman yang tumpah, misalnya mengambil tisu dan mengelap dengan cara yang sederhana.
Jadwal Kegiatan Mira Sehari-hari
08.30               Mira dititipkan ke buleknya.
08.30-09.00     Mira dibiarkan bermain, kadang ada tetangga (kebetulan juga masih ada ikatan saudara) yang main mengajak bermain baik dengan media gadget, maupun diajak ngobrol.
09.00-10.00     Sarapan Pagi (bawa dari rumah) dan jajan bergizi sambil menonton kartun di televisi
10.00-12.00     Tidur
12.00-13.00     Bermain bebas di dalam ruangan
13.00-14.00     Makan siang dengan menu makanan sehat gizi seimbang
14.00-15.00     Bermain bebas di dalam ruangan, kadang tidur lagi
15.00-16.00     Mandi sore, toilet training
16.00               Orang tua Mira datang
16.00-17.00     Mira bermain mainan outdoor dengan kakaknya sabil makan snack atau makan besar


Kesimpulan
Dari Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
  • Perlu persiapan matang jika ingin meninggalkan anak demi pekerjaan.
  • Sebaiknya anak diasuh oleh orang yang sudah berpengalaman mengasuh anak kecil, jangan titipkan anak kepada neneknya. 
  • Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting bagi anak sebelum masuk ke lembaga PAUD melalui pembiasaan dari orang tua maupun pengasuh.
  • Dukungan dari keluarga sangat penting jika anak tidak ingin diasuh orang lain.
  • Mengasuh anak dengan rasio 1: 1 hasilnya lebih bagus dibanding rasio ideal yang ditetapkan dinas pendidikan.
  • Penerapan pola asuh dari berbagai ahli bisa dijadikan rujukan terutama untuk Pendidikan Anak Usia Dini di rumah maupun di sekolah.
  • Quality time sangat diperlukan terutama hari libur atau jam-jam non kerja, karena bagaimanapun anak adalah tanggung jawab orang tua yang kelak akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan.



Artikel ini dibuat dalam rangka ikut serta Blog Competition yang diadakan oleh Apple Tree School BSD.

2 komentar:

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...