Jumat, 26 Agustus 2016

CARA MELAPORKAN KERUSAKAN PERANGKAT KOMPUTER DI DISKOMINFO

Rumah saya (sebenarnya rumah ibu saya) adalah rumah yang bejo dan juga rada apes :D. Bejonya, rumah saya kedatangan tamu yang spesial, yaitu seperangkat alat komputer lengkap beserta meja dan kursinya. Apesnya, sekarang saya tidak sebebas dulu. Dengan adanya komputer tersebut kadang-kadang waktu saya tersita hanya untuk menunggu anak-anak yang bermain komputer. Tapi yowes priye maneh disyukuri wae.
Kali ini saya akan membahas tentang cara melaporkan kerusakan perlengkapan komputer telecenter di Diskominfo. Semua komputer yang disebar ke seluruh telecenter adalah komputer yang baru. Layarnya baru. Speaker, kabel, kotak wifi, printer dan isinya, kamera, CPU, katrider (tulisane polos wae ben mocone penak), meja, kursi dan alat untuk menstabilkan listrik semuanya baru. Ada masanya jika semua alat tersebut rusak karena sering dipakai atau umurnya sudah tua.
Suatu ketika katrid printer rusak. Baik yang hitam maupun yang berwarna. Mungkin karena sering dipakai, sehingga rusak. Seketika itu saya ingat kata-kata pegawai Diskominfo ketika saya pelatihan dulu. Jika komputer atau perlengkapan telecenter lainnya rusak, segera membuat surat pengantar dari kelurahan untuk diserahkan kepada Diskominfo. Jangan lupa sertakan barang yang rusak dan tunjukkan ke Diskominfo.
Ceritanya, surat keterangan kelurahan sudah saya siapkan begitu juga dengan katridnya. Saya menyuruh adik saya untuk pergi ke kantor Diskominfo. Beberapa hari kemudian adik saya datang ke Diskominfo mengabarkan kepada petugas disana bahwa katridnya rusak dan harus diganti. Dia menunjukkan katrid yang rusak dan surat keterangan dari kelurahan yang dibawanya. Diskominfo menanggapi bahwa apabila ada kerusakan segera melapor kepada pengawas telecenter di kelurahan masing-masing dan menyiapkan nota pembelian katrid yang baru dilampirkan foto katrid yang lama dan yang baru. Niat semula adik saya adalah sekali maju langsung beres pulang membawa kabar bahagia, ternyata surat keterangan dari kelurahan dan bukti katrid yang rusak tidaklah cukup. Adik saya tidak membawa persyaratan yang lain. 
Sehari berikutnya adik saya langsung ke toko komputer untuk membeli katrid yang baru. Awalnya dia hanya membeli satu katrid, yaitu yang berisi tinta hitam. Akan tetapi karena katrid warna juga sangat dibutuhkan anak-anak sekolah dan mahasiswa yang langganan di telecenter kami, akhirnya adik saya membeli katrid warna.
Dua katrid sudah siap dan difoto. Katrid yang rusak juga difoto. Foto tersebut dimasukkan ke Ms Word dan saya print. Sebenarnya jika adik saya mau meneruskan untuk mengurus persyaratan tersebut ke Diskominfo, uang pembelian katrid tersebut pasti diganti dengan dana Diskominfo. Tapi adik saya sudah kenyang mengurus proposal dan LPJ kantornya. Dia paham dengan urusan tata cara pembelian alat kantor, nota pembelian dan berapa nilai minimal yang dikeluarkan untuk barang tersebut. Dia sempet mengatakan kepada saya seperti ini: "Kalau urusan dengan pemerintah itu nota pembeliannya jangan lebih dari Rp. 250.000,- Mbak... Karena biasanya untuk LPJ nota pembelian lebih dari 250.000,- itu tidak diterima."
Walhasil adik saya malas mengurus dan sampai saat ini katrid tersebut pendanannya dari swadaya anak-anak yang membayar kas di telecenter kami.

Selasa, 23 Agustus 2016

LANGGENG ITU KERAMAT

Sebenarnya saya bingung untuk mengawali artikel ini. Saya melihat catatan di memo hp. Judul artikel ini tercatat di sana. Sudah saya catat lama dan baru kali ini saya publikasikan. Sebenarnya judul tersebut saya kutip dari perkataan guru saya ketika saya dulu belajar di madrasah diniyyah.
Kata-kata itu kadang membuat saya bersemangat dan kadang pula membuat saya lemas. Sekarang saya tidak lagi belajar di madrasah diniyyah, hal tersebut menjadikan saya lemas. Disisi lain pekerjaan menuntut saya untuk belajar lagi dan lagi-lagi saya ingat kata-kata "langgeng itu kramat". Sebenarnya saya ingin ada keseimbangan antara mempelajari hal-hal yang berkaitan dunia dan akhirat. Tapi jika dipikir-pikir apakah saya salah jika belajar tentang dunia. Misalnya belajar tentang pendidikan anak usia dini. Apakah itu juga termasuk urusan dunia saja? Jika saya melanggengkan belajar mengenai pendidikan anak usia dini apakah nantinya ada peningkatan di sisi kepribadian saya? Bagaimana jika saya melanjutkan belajar agama saya lewat buku? Apakah masih harus tetap ada pendampingan dari guru? Bagaimana jika saya nantinya terus melanggengkan belajar dari berbagai disiplin ilmu.
Kita lihat saja episode selanjutnya. :D Ayuk kita buktikan bahwa langgeng adalah sesuatu yang kramat.
Sudah banyak contohnya dari pendahulu-pendahulu kita dahulu. Bagaimana para imam madzhab melakukan sesuatu yang berulang-ulang dan langgeng. Tetap eksis dan fokus mempelajari berbagai ilmu agama. Toh buktinya mereka ternyata kramat dan dikenal hingga sekarang. Contoh lainnya adalah seorang youtuber Bayu Skak. Dia masih eksis hingga sekarang, menguplod video-video. Ternyata seorang Bayu Skak pun mempunyai rencana kegiatan.
Nek koyo ngunu. Yowes tak cacak ae jal ngalnngengke kegiatan positif. Opo bener dadi kramate... :D

Kamis, 18 Agustus 2016

PAK TUO

Dulu saya mempunyai dua orang kakek. Mereka sudah meninggal. Satu kakek dari pihak bapak saya dan kakek yang satunya dari pihak ibu. Saya lebih dekat dengan kakek dari pihak ibu karena seumur hidup saya lebih banyak tinggal di rumah mendiang orang tua ibu saya di daerah Setono. Saking dekatnya sampai sekarang saya masih ingat kenangan bersama kakek saya di Setono.
Panggilan untuk kedua kakek saya berbeda antara kakek pihak bapak dan kakek pihak ibu. Kakek pihak bapak kami panggil dengan sebutan Simbah. Sedangkan kakek pihak ibu kami panggil dengan sebutan Pak Tuo. Begitu juga dengan nenek dari pihak ibu, kami memanggilnya dengan sebutan Mak Tuo.
Saya mempunyai banyak kenangan dengan pak tuo. Beberapa kenangan yang saya ingat diantaranya adalah pergi ke sawah bersama pak tuo. Saya dan adik saya pernah diajak ke sawah oleh pak tuo. Letak sawahnya bukan di daerah perkampungan. Letaknya agak jauh dari perkampungan. Saya tidak tahu kenapa kami begitu bersemangat ikut ke sawah. Padahal jalan yang dilalui untuk pergi ke sawah tersebut harus melalui jembatan kereta api.
Saya tidak habis pikir kenapa saya dan adik perempua saya dulu berani sekali melewati jembatan kereta api yang tidak ada pagarnya di sisi kanan dan kiri. Kurrang lebih gambarnya seperti ini, tapi tidak terlalu panjang. Sekitar 2-3 meter. Alhamdulillah saya selamat hingga saat ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika ada kereta lewat berpapasan dengan keberadaan saya di sana. Ngeriii :D

Sumber gambar : http://m.keepo.me
Kenangan saya bersama pak tuo yang lain adalah lagu jama pendudukan Jepang yang berjudul Yamamoto. Saya masih ingat syair akhir lagu tersebut:
Yamamoto... Yamamoto...
Ono Kucire....
:D Miss you pak tuo. Mudah-mudahan belia diberi rahmat di dalam tidur panjangnya oleh Allah SWT. 

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...