Dulu saya mempunyai dua orang kakek. Mereka sudah meninggal. Satu kakek dari pihak bapak saya dan kakek yang satunya dari pihak ibu. Saya lebih dekat dengan kakek dari pihak ibu karena seumur hidup saya lebih banyak tinggal di rumah mendiang orang tua ibu saya di daerah Setono. Saking dekatnya sampai sekarang saya masih ingat kenangan bersama kakek saya di Setono.
Panggilan untuk kedua kakek saya berbeda antara kakek pihak bapak dan kakek pihak ibu. Kakek pihak bapak kami panggil dengan sebutan Simbah. Sedangkan kakek pihak ibu kami panggil dengan sebutan Pak Tuo. Begitu juga dengan nenek dari pihak ibu, kami memanggilnya dengan sebutan Mak Tuo.
Saya mempunyai banyak kenangan dengan pak tuo. Beberapa kenangan yang saya ingat diantaranya adalah pergi ke sawah bersama pak tuo. Saya dan adik saya pernah diajak ke sawah oleh pak tuo. Letak sawahnya bukan di daerah perkampungan. Letaknya agak jauh dari perkampungan. Saya tidak tahu kenapa kami begitu bersemangat ikut ke sawah. Padahal jalan yang dilalui untuk pergi ke sawah tersebut harus melalui jembatan kereta api.
Saya tidak habis pikir kenapa saya dan adik perempua saya dulu berani sekali melewati jembatan kereta api yang tidak ada pagarnya di sisi kanan dan kiri. Kurrang lebih gambarnya seperti ini, tapi tidak terlalu panjang. Sekitar 2-3 meter. Alhamdulillah saya selamat hingga saat ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika ada kereta lewat berpapasan dengan keberadaan saya di sana. Ngeriii :D
Panggilan untuk kedua kakek saya berbeda antara kakek pihak bapak dan kakek pihak ibu. Kakek pihak bapak kami panggil dengan sebutan Simbah. Sedangkan kakek pihak ibu kami panggil dengan sebutan Pak Tuo. Begitu juga dengan nenek dari pihak ibu, kami memanggilnya dengan sebutan Mak Tuo.
Saya mempunyai banyak kenangan dengan pak tuo. Beberapa kenangan yang saya ingat diantaranya adalah pergi ke sawah bersama pak tuo. Saya dan adik saya pernah diajak ke sawah oleh pak tuo. Letak sawahnya bukan di daerah perkampungan. Letaknya agak jauh dari perkampungan. Saya tidak tahu kenapa kami begitu bersemangat ikut ke sawah. Padahal jalan yang dilalui untuk pergi ke sawah tersebut harus melalui jembatan kereta api.
Saya tidak habis pikir kenapa saya dan adik perempua saya dulu berani sekali melewati jembatan kereta api yang tidak ada pagarnya di sisi kanan dan kiri. Kurrang lebih gambarnya seperti ini, tapi tidak terlalu panjang. Sekitar 2-3 meter. Alhamdulillah saya selamat hingga saat ini. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika ada kereta lewat berpapasan dengan keberadaan saya di sana. Ngeriii :D
Sumber gambar : http://m.keepo.me
Kenangan saya bersama pak tuo yang lain adalah lagu jama pendudukan Jepang yang berjudul Yamamoto. Saya masih ingat syair akhir lagu tersebut:
Yamamoto... Yamamoto...
Ono Kucire....
:D Miss you pak tuo. Mudah-mudahan belia diberi rahmat di dalam tidur panjangnya oleh Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar