Rabu, 14 Maret 2018

SEPERTI APA TEMAN-TEMAN KAMU DI TEMPAT KERJA


Sifat setiap orang itu berbeda-beda. Perbedaan menjadikan hidup kita semakin berwarna-warni. Perbedaan juga membuat kita saling melengkapi. Perbedaan yang diciptakan oleh Allah SWT adalah bukti bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Adil. Perbedaan bisa kita temui di mana-mana, di alam semesta, di lingkungan sekitar kita, keluarga dan di tempat kerja kita.
Lembaga di tempat saya kerja mempunyai karyawan yang berbeda-beda sifatnya. Kebetulan saya pernah bekerja di dua lembaga. Lembaga yang pertama mempunyai kepala sekolah yang demokratis sedangkan lembaga yang kedua mempunyai kepala sekolah yang idealis. Lembaga pertama mempunyai karyawan yang penurut dan suka ngomongin orang di balik layar, sedangkan lembaga kedua lebih suka ngeyel dan blak-blakan jika berhadapan dengan kepala sekolah.
Saya pribadi sebenarnya juga mempunyai sifat suka ngeyel tapi cara ngeyelnya dengan hati dan mogok kerja. Males kalau disuruh-suruh, apalagi jika si penyuruh hanya menyuruh tanpa turun lapangan dan tidak memberi contoh. Ditambah jika si penyuruh memerintah mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi tugas saya. 
Ada beberapa kasus yang pernah terjadi di tempat-tempat yang saya singgahi untuk mencari penghasilan. Kejadian tersebut mengajarkan saya bahwa orang-orang di sekitar kita ternyata berbeda dan tidak bisa dipaksakan menjadi orang yang sama dengan kita. Saya akan cerita beberapa kasus yang menurut saya sepele tapi menjadi masalah yang besar bagi orang-orang disekelilingnya. Ada pula kasus yang cukup berat bagi orang-orang di sekelilingnya tapi sepele di mata pelakunya. Karena ada masalah kasus itu, akhirnya saya belajar bagaimana karakter mereka dan bagaimana menyikapi mereka.

1. Modal Tampang

Kasar atau tidak ya kalau saya menyebut mereka hanya bermodal tampang. Kerja hanya sebagai rutinitas tapi kalau disuruh yang berat-berat tidak mau dan tidak berusaha untuk bisa. Istilah Modal Tampang ini saya dapatkan dari pengawas lembaga di tempat kerja saya. Suatu ketika saya menghadap pengawas untuk minta tanda tangan acara parenting yang dilampirkan di Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Setahu pengawas, LPJ hanya dikerjakan oleh saya sendiri. Beliau menanyakan kepada saya dimana teman-teman sekerja yang lain. Kenapa saya yang sering bolak-balik ke kantornya. Apakah yang lain hanya nampang saja  di sekolah.  Kemudian saya jelaskan kepada beliau bahwa teman-teman yang lain masih ada kesibukan lain, ada yang masih mengajar, ada yang sedang mengurus administrasi sekolah, ada yang masih mempunyai anak kecil dan ada yang sedang ke luar kota.
Tapi kalau dipikir-pikir kadang ada benarnya. :D. Modal Tampang. Suatu ketika kedua teman saya pergi bersama-sama, Namanya A dan B. Saat itu sedang musim membuat Tugas Mandiri. Pada hari Sabtu A dan B sudah selesai mengerjakan Tugas Mandiri dan tinggal dijilid menjadi buku. Mereka pergi bersama-sama ke tempat penjilidan. Di tempat Penjilidan, A ditelpon oleh ketua kecamatan untuk segera menghadiri acara pelatihan di sebuah hotel Sabtu siang. Setelah selesai menelepon, A menawarkan pelatihan tersebut kepada B.
A : "Bu, saya ditunjuk Ibu C untuk menghadiri acara di hotel D."
B : "Yang ditunjuk kan kamu, ya sudah berangkat ke sana" (B berkata dengan sinis, tapi A tidak menyadarinya).
Pulang dari penjilidan saya bertemu dengan B, menanyakan apakah Tugas Mandirinya sudah selesai. B menyerahkan Tugas Mandirinya kepada saya dan A belum terlihat batang hidungnya. Kami berencana mengumpulkan Tugas Mandiri tersebut bersama-sama. Hingga sore hari si A belum muncul.
Sore hari ketika saya sudah masuk kantor, B marah-marah. Pasalnya B menghubungi ketua kecamatan dan memastikan apakah benar A ditunjuk untuk hadir pada acara pelatihan di hotel D. Ternyata ketua kecamatan mengatakan bahwa dia tidak menunjuk perorangan, akan tetapi menunjuk lembaga dan siapa saja yang mau mewakili boleh hadir. Waktu itu saya langsung disuruh oleh B agar menasehati A untuk tidak mengulangi perbuatannya. Harus ada prosedur yang tidak tertulis ketika ditunjuk oleh ketua kecamatan untuk mengikuti pelatihan, sebaiknya lapor dulu ke kepala sekolah. Jangan langsung berangkat tanpa ijin terlebih dahulu kepada kepala sekolah. Ditambah lagi B sedang ingin ikut pelatihan yang bersertifikat karena kuliahnya mensyaratkan beberapa sertifikat agar mendapat beasiswa.
Saya yang dijadikan penghubung oleh B jadi bingung bagaimana cara menyampaikannya kepada A. Apalagi A adalah tipe-tipe orang yang sensitif. Sudah beberapa kali A dan B berselisih. Saya tidak tahu apa-apa diikutkan dalam masalah. Akhirnya saya bertemu dengan A dan menyampaikan apa yang menjadi uneg-uneg B. Waktu itu A langsung menangis, padahal saya hanya menyampaikan dengan bahasa biasa.
Saya jadi menyimpulkan sendiri, kenapa kalau soal pelatihan dan undangan dari ketua kecamatan, mereka berlomba-lomba ingin mengikuti agar mendapatkan sertifikat. Sementara kalau rapat yang biasa-biasa saja hanya si E teruuuuuuusssss yang menghadiri. Niatnya mau apa ya. Mau nampang saja gitcuu???

2. Jago Kandang

Saya mengakui, kalau masalah gratis-gratis saya maju paling depan. Misalnya pelatihan gratis, seminar gratis, workshop gratis, diklat gratis dan piknik gratis. Tapi sekarang merasa sudah senior, bekerja dalam tim dan punya banyak kesibukan kalau ada yang gratis-gratis pasti yang saya dahulukan yang junior, apalagi jika kuotanya terbatas. Saya tawarkan ke teman-teman, siapa yang akan mengikuti pelatihan gratis. Jika tidak ada yang ikut atau nihil, maka saya yang maju. Masalah gratisan dengan kuota terbatas ini jika tidak disikapi dengan baik pasti akan muncul problem di kemudian hari. Sejak awal penawarannya pun kadang antara teman yang satu dengan yang lain berebut agar mendapat gratisan. Kalau salah satu mengalah ya tidak jadi masalah, tapi jika kedua kubu berebut gratisan yang jadi senior harus bertindak.
Beberapa bulan yang lalu Kecamatan wilayah utara mengadakan outbond gratis. Outbond ini ditawarkan ke seluruh kepala sekolah kecamatan utara. Sebagai kepala sekolah yang baik, teman saya menawarkan outbond tersebut kepada guru yang belum pernah mengikuti pelatihan, seminar maupun acara-acara penting lainnya. Kebetulan teman yang ditawari tersebut menolak tawaran outbond itu karena dia masih memiliki anak kecil yang belum siap ditinggal pergi jauh. Teman-teman yang lain kelihatannya sih setuju jika yang berangkat outbond nanti adalah si A.
Keesokan harinya, A ditelpon oleh kakak B. Si kakak meminta A agar yang mengikuti outbond adalah si B, karena yang mengikuti outbond adalah guru-guru yang mendapatkan bantuan bulanan dari pemerintah. A belum mendapat bantuan bulanan sehingga B yang berhak untuk mengikuti outbond. Untungnya pada hari sebelumnya A menolak mengikuti outbond karena mengkhawatirkan anaknya. Apa susahnya bilang ke kepala sekolah jika ingin mengikuti outbond. Minta bantuan ke kakaknya segala. Berarti si B itu Jago di kandangnya ya pemirsa....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...