Minggu, 11 Maret 2018

PUNYA TANAH DI BLOG


Semua orang pasti mempunyai target yang ingin dicapai pada tahun-tahun mendatang. Ada yang ingin menikah, mempunyai pekerjaan yang menjanjikan, mempunyai momongan, ingin membahagiakan orang tua atau orang-orang tercinta di sekitar kita, ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan lain sebagainya. Saya pribadi juga mempunyai target dan cita-cita yang ingin dicapai pada masa-masa mendatang. Target jangka panjang atau mungkin jangka mendadak ingin mati khusnul khotimah. Target jangka menengah ingin mempunyai tanah yang luas dan rumah beserta isinya GRATIS!!! (ucapan itu doa). Kalau soal momongan biar Allah saja yang ngatur. Target jangka pendek, mudah-mudahan saya dimudahkan mencari ilmu dan mengamalkannya.

Berbicara tentang rumah, saya kadang sedikit kesal bila ada orang mencibir seseorang yang sedang menabung untuk mempersiapkan membeli tanah atau rumah. Orang-orang yang statusnya dari kalangan ekonomi ke bawah pasti akan menabung secara manual dengan cara menyisihkan gajinya dan tidak bermewah-mewah membeli kebutuhan sehari-hari. Kadang-kadang demi terkumpulnya uang, seseorang yang bercita-cita mempunyai tempat tinggal rela membeli lauk untuk makan sehari-hari hanya berupa tempe dan sayur. Gara-gara makannya tempeeee terus tiap hari, ada orang yang kepo dan sinis mengomentari, "Mangan rausah ngirit, nek memang dasare ditakdirke duwe umah, yo mesti bakal duwe umah walaupun duwe duit sitik" (Makan tidak usah ngirit, kalau sudah ditakdirkan punya rumah, pasti bakal punya rumah, walaupun punya uang sedikit). Gimana menurutmu?
Sekarang kita lihat bagaimana kehidupan si pengomentar menurut pengakuannya sendiri. Dulu ketika dia masih lajang, dia bekerja di sebuah perusahaan yang gajinya cukup menjanjikan. Waktu itu dia belum mempunyai kebutuhan menyekolahkan anak, memberi sandang dan pangan kepada anak dan belum ada kebutuhan mendesak. Dia bebas membelanjakan gajinya. Dia membeli berbagai tas-tas branded, baju-baju bermerek, makan-makan di kafe dan membelikan baju-baju yang bagus ketika lebaran untuk keluarganya. Sayangnya dia tidak menginvestasikan uangnya untuk kebutuhan-kebutuhan di masa mendatang. Masih bagus dia mau menginvestasikan uangnya untuk akhirat. Sejak dia menikah, kehidupannya berubah total. Kebetulan gaya hidup suaminya juga kurang lebih sama dengan dirinya. Suaminya adalah penggemar fashion bermerek. Ketika dia mempunyai anak, dia keluar dari perusahaannya dan bekerja sebagai buruh biasa. Pendapatannya tidak bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Dia mengaku sendiri kadang untuk mendapatkan Rp. 10.000,- per bulan susahnya minta ampun. Tau rasa sendiri, bagaimana susahnya kalau kita tidak menabung untuk jaga-jaga kebutuhan mendadak dan berinvestasi.
Menurut saya, seseorang yang mengomentari kekurangan orang lain, sedangkan dirinya sendiri masih mempunyai banyak kekurangan itu namanya "Orak Ngoco" (tidak berkaca). Buktikan dulu dong, bagaimana caranya membeli rumah dengan tanpa menabung. Ngasih solusi atau membantu mencarikan dana. Saya pribadi lebih suka teman-teman yang memberi semangat atau menawarkan beberapa tanah yang menurut mereka murah tanpa harus mengomentari usaha temannya yang sedang mengumpulkan dana. Memang saya akui ada beberapa orang yang mudah ketika mendirikan rumah hanya dengan modal sedikit. Akan tetapi menabung adalah salah satu cara untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang tiba-tiba mendadak terjadi di masa mendatang.
Ada teman saya yang sudah mempunyai tabungan 70 juta. Pada pertengahan tahun 2017 dia mengambil kredit rumah di daerah Pekalongan Timur. Uang muka dari kredit rumah tersebut sudah dibayar sejumlah 30 juta. Cicilan per bulannya Rp 700.000,- dan tenggang waktu cicilannya 20 tahun. Menurut saya jumlah tersebut cukup mahal apalagi setelah saya melihat bentuk rumah dan lingkungan perumahannya. Beberapa bulan kemudian dia berubah pikiran. Saya kurang tahu kenapa ia tiba-tiba mencabut pembelian rumah tersebut. Padahal dulu dia sangat bersemangat menawarkan perumahan tersebut kepada saya.
Kalau kakaknya punya strategi lain untuk membuat rumah. Hanya dengan uang 5 juta sudah bisa membuat rumah. Ternyata ada doa-doa tertentu yang dia panjatkan setiap harinya. Saya masih penasaran, ternyata untuk membuat rumah itu ada doanya. Dia pernah mau memberi doa tersebut kepada saya, tetapi lupa ditaruh dimana. Sampai saat ini, doa tersebut belum ditemukan dan belum diberikan kepada saya. Kalau sudah dapat, insya Allah akan saya share di blog ini.
Bagi saya, uang 70 juta itu sudah bisa digunakan untuk membeli tanah di daerah Pekalongan. Yang penting tanahnya dulu, sedangkan pembangunan rumah bisa dilakukan dengan cara step by step. Jangan coba-coba diserahkan kepada pemborong, karena biasanya pemborong akan memasang tarif tinggi ketika membangun rumah. Beberapa kerabat saya pernah menasehati saya jika suatu saat akan membuat rumah, sebaiknya material bangunan dibeli sendiri tanpa lewat tangan pemborong. Cara tersebut bisa menghemat uang kita dan memberi pengetahuan tentang harga-harga barang material bangunan di pasaran.
Ngomong soal pertanahan dan perumahan ternyata tidak ada habisnya yah... Sementara punya "tanah" di blog saja deh, tanahnya luas, bisa ditanami berbagai info dan dishare kepada orang lain. Mudah-mudahan tanah yang sedang saya tanami ini bisa mempermudah saya membeli tanah dan rumah di dunia nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...