Saya sudah mendalami dunia anak-anak selama kurang lebih tujuh tahun. Awalnya tidak tahu bagaimana cara menghadapi berbagai macam karakter anak-anak di usia 3-6 tahun (ada yang 2 tahun tapi hanya 1&2 anak). Apalagi basic saya waktu itu hanya Sekolah Menengah Atas. Waktu itu saya hanya disuruh mengajar oleh kepala sekolah yang dulu. Nekad ceritanya. Seiring berjalannya waktu karena sering mengikuti pelatihan, study banding dan workshop, sedikit demi sedikit saya bisa mengatasi beberapa anak yang kadang menimbulkan masalah atau yang mendapatkan masalah di kelas.
Anak-anak yang menimbulkan masalah misalnya anak-anak yang hiperaktif. Teman-temannya yang sedang berbaris tiba-tiba dia jalan ke barisan paling depan dan mendorong temannya. Ada juga anak yang usil mengambil peci temannya. Ada pula anak yang tiba-tiba jadi profokator ngajak temannya menyerbu anak lain dengan ucapan yang mulutnya dimonyong-monyongin.
Anak-anak yang mendapat masalah misalnya ditinggal ibunya nangis, ibunya tidak kelihatan di samping jendela nangis, nangis tanpa sebab, nangis karena dikerjain temannya, nangis karena kejepit mainan, nangis karena mainannya direbut dan lain sebagainya.
Ada satu anak yang akan saya ceritakan pada artikel kali ini. Anak yang nangis tanpa sebab. Saya tidak tahu dia nangis karena apa. Diajak main gak mau, diajak pulang gak mau, diajak jajan sama ibunya gak mau. Dia nangis dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Padahal anaknya paling besar postur tubuhnya diantara teman-temannya yang lain di kelas. Anaknya rada manja-manja gitu. Maklum anak paling kecil di rumahnya. Akhirnya saya ambil stempel senyum yang biasa saya gunakan untuk menilai karya anak.
Saya stempel tangan anaknya dan dia DIAM. Sederhana tapi mengena. Selamat mencoba. : D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar