Sabtu, 13 Mei 2017

GARA-GARA BOLPEN MERAH


Guru tidak membawa bolpen ibarat petani yang tidak membawa cangkul. Saya pernah mendengar ada orang yang nyeletuk seperti itu ketika mendapati seorang guru yang lupa atau sengaja tidak membawa bolpen ketika tanda tangan penerimaan kesra.   

Ngomong-ngomong tentang bolpen nih... setiap akhir semester, saya selalu diberi bolpen hitam dan merah oleh yayasan. Semua guru diberi karena bolpen tersebut harus digunakan untuk mengisi raport. Seringnya, bolpen yang saya gunakan adalah bolpen hitam. Semua guru menggunakan bolpen hitam untuk mengisi raport. Bolpen warna merah jarang digunakan. Trus kenapa ya, kami dikasih bolpen merah padahal bolpen hitam lebih sering digunakan dibanding bolpen merah. Bahkan jika seandainya saya mengisi raport dengan bolpen merah pasti diprotes oleh teman-teman.

Kemarin, ada teman saya yang menggunakan bolpen merah untuk mengisi absen guru. Empat minggu dia menggunakan bolpen merah. Dia mengisi absen dengan bolpen merah atas dasar ketidaktahuan. Alhasil dia diprotes oleh beberapa guru senior dengan alasan bahwa tanda tangan menggunakan bolpen merah itu terkesan kurang sopan. Gara-gara kejadian itu, kertas yang kadung ditandatangani bolpen merah itu dibuang dan diganti yang baru. Semua guru yang sudah terlanjur tanda tangan di bagian atas dan bawahnya juga terkena dampaknya, termasuk saya. Kami mengulang tanda tangan satu bulan yang lalu. Wah... segitunya ya.
Penggunaan bolpen merah ternyata sangat sensitif jika diterapkan dalam ranah formal. Seperti kasus teman saya di atas. Sekarang pengisian raport hampir tidak ada yang menggunakan bolpen merah. Saya pribadi seumur hidup belum pernah melihat raport yang penulisan nilainya menggunakan bolpen merah. Saya sempat bingung dulu ketika kecil jika mengamati tetangga, orang tua, sanak saudara yang membahas nilai raport, "Ada nilai merahnya nggak?"-- "Nilai merahnya ada berapa?" -- "Si Fulan itu bodoh, nilainya merah semua." Raport jaman dahulu menggunakan bolpen merah untuk nilai-nilai yang jelek. Untungnya saya hidup di jaman penulisan raport bolpen hitam. Ada benarnya juga, peraturan penggunaan bolpen merah untuk raport dihapus karena bisa mempengaruhi psikis anak.

Walaupun bolpen merah selalu diperlakukan rasis di sektor formal, bolpen merah masih digunakan untuk mengoreksi dan menilai kertas ujian anak-anak. Jawaban yang betul atau salah semuanya bisa menggunakan bolpen merah. Sekarang bolpen merah tidak hanya digunakan untuk nilai-nilai yang jelek saja. Nilai 0 hingga 10 menggunakan bolpen merah.      
Bolpen merah ada gunanya jika dalam keadaan terdesak. Saya pernah menggunakan bolpen merah untuk catatan pribadi. Itu pun masih saja diprotes oleh teman-teman. Waktu itu saya mencatat materi kuliah di buku pribadi saya. Berhubung tidak membawa bolpen hitam dan hanya membawa bolpen merah, terpaksa saya menggunakan bolpen merah.
Bolpen merah juga bermanfaat jika digunakan untuk penanda atau pengingat. Misalnya jika kita mencatat dan menggarisbawahi kata-kata penting di dalam sebuah buku, agar terlihat mencolok ketika kita membaca di hari berikutnya.
Alat bantu bahan ajar juga bisa menggunakan bolpen merah. Anak-anak suka dengan tulisan atau goresan warna-warni. Kadang-kadang mereka ingin mencoba alat tulis dengan warna yang berbeda. Makanya jangan buang bolpen merah.  

5 komentar:

  1. saya jarang pakai bolpen merah,, lebih suka warna biru

    ehhh

    komentar macam apa ini

    BalasHapus
  2. merah dan hitam paling sering pakai.
    biru ga pernah...

    BalasHapus

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...