Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan baik formal maupun non formal, pasti pernah menghasilkan karya. Karya bisa berupa fisik maupun non fisik. Karya apa yang dihasilkan oleh anak-anak yang akan lulus SMP dan SMA? Minimal Karya Tulis Ilmiah. Lulusan D2 dan D3 biasanya membuat Tugas Akhir. Kalau kuliah lulusan S1 pastinya skripsi. Sedangkan lulusan S2 dan S3 biasanya membuat tesis dan disertasi. Kalau lulusan pendidikan diklat membuat apa ya? Lulusan pendidikan diklat membuat karya berupa Tugas Mandiri, disingkat dengan TM. TM dikerjakan secara mandiri untuk satu orang pendidik. TM dikerjakan oleh para guru-guru yang mengikuti diklat dengan didampingi pendamping TM.
Isi dari Tugas Mandiri
Isi dari TM standarnya sama, yang membedakan hanya bagian-bagian tertentu sesuai kebijakan masing-masing daerah. Pembimbing juga mempengaruhi isi dari Tugas Mandiri. Ada Pembimbing yang tekun meneliti satu persatu lembaran Tugas Mandiri. Ada juga yang terima jadi karena kesibukannya sebagai pengajar PAUD. Contoh TM yang saya posting hanya mewakili. Berikut isi dari Tugas Mandiri versi pendidik PAUD Kota Pekalongan:1. Cover Tugas Mandiri
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Bab I, meliputi : Latar Belakang, Dasar Hukum, Tujuan Diklat dan Manfaat
6. Bab II, meliputi : Waktu dan Tempat Pelaksanaan
7. Bab III, meliputi : Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Tugas Mandiri, Jadwal Kegiatan Sekolah, dan Uraian Kegiatan (Uraian RPPH/RKH selama 5 hari).
8. Bab IV, meliputi : Permasalahan yang ada di sekolah dan Solusinya.
9. Bab V Penutup, meliputi : Kesimpulan dan Saran
10. Lampiran-lampiran
Dilema Tugas Mandiri
Hal yang paling menyebalkan dalam mengerjakan TM adalah ketika teman kita menggantungkan sepenuhnya ke kita saat mulai mengetik TM. Dulu ketika saya mengerjakan TM Diklat Dasar, saya belum begitu berani menolak rekan kerja yang meminta bantuan mengerjakan TM. Ada beberapa faktor kenapa saya mengiyakan mengerjakan TM mereka (lebih tepatnya terpaksa mengiyakan). Faktor pertama adalah umur dari rekan-rekan saya tersebut lebih tua dari saya sehingga masih ada rasa enggan untuk menolak. Kedua, rata-rata mereka belum bisa mengoperasikan komputer. Boro-boro mau belajar, melihat komputer saja kadang mereka sudah sungkan untuk mengoperasikan , minimal aplikasi Ms Word. Ketiga, belum pernah berpengalaman membuat karya ilmiah.
Usia bisa mempengaruhi penggarapan TM. Semakin tua usia rekan kerja kita, maka kita semakin tidak berani menolak permintaan mereka untuk dibantu membuat TM. Kadang takut dibilang egois juga. Akan tetapi kadang mereka tidak sadar bahwa mereka sudah mempunyai anak atau pasangan yang bisa mengoperasikan komputer. Kenapa mereka tidak berusaha meminta tolong kepada keluarga dekatnya. Padahal orang yang dimintai bantuan juga mempunyai kesibukan lain, misalnya menggarap LPJ BOP, Dapodik dan leporan-laporan lainnya yang waktunya bersamaan dengan penggarapan TM.
Belum bisa mengoperasikan komputer sebenarnya tidak menghalangi seseorang mengerjakan TM. Sekarang rental komputer berada di mana-mana dan menawarkan pelayanan yang semakin bagus. Kendalanya kadang si rekan kerja tidak mengetahui ilmu dasar pengeditan. Mentang-mentang sudah ada salina TM dari saya langsung difotocopy tanpa mengedit atau memeriksa kembali bagaimana urutan sebuah karya ilmiah. Misalnya mengedit Daftar isi. Daftar Isi sebenarnya diedit paling akhir, tapi jika daftar isi dikerjakan oleh orang yang belum memahami sebuah urutan karya ilmiah, pasti daftar isi akan kacau. Belum lagi editan halaman-halaman yang lain yang kadang terlewati. Faktor lainnya adalah kadang ada yang sudah malas belajar. Mungkin karena sudah banyak file di kepalanya atau kelelahan mengurus rumah tangga sehingga melihat komputer saja sudah enggan. Padahal guru-guru PAUD sering ditawari pemerintah untuk mengikuti pelatihan komputer dasar seperti Ms Office. Sebenarnya kesempatan yang bagus, tapi mau gimana lagi, mereka sudah malas belajar.
Belum berpengalaman membuat karya ilmiah juga bisa mempengaruhi penggarapan TM. Apalagi jika dulu semasa sekolah hanya nebeng minta dibuatkan teman, cukup bayar habis perkara. Rekan kerja saya mengaku dulu ketika akan lulus SMA karya ilmiahnya dibuatkan oleh gurunya karena ia merasa tidak bisa mengerjakannya. Padahal karya ilmiah di sekolah menengah adalah ilmu yang paling dasar untuk karya ilmiah di jenjang berikutnya. Saat itu nggak bakal kepikiran kan, suatu saat akan belajar lagi lewat diklat dan membuat TM. Akhirnya jadi kebiasaan hingga tua, tinggal bayar ke penggarap TM, habis perkara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar