Minggu, 18 Desember 2016

KUCING


Keluarga kami menyukai kucing. Terutama dari pihak keluarga ibu saya. Keluarga kami dari jaman simbah buyut hingga 4 generasi sebagian besar memilih kucing sebagai hewan peliharaan. Dari kecil, hidup kami tidak lepas dari kucing. Kucing yang kami pelihara sebagian besar adalah pendatang. Hanya satu sepupu saya yang membeli kucing angora. Walaupun kucing tidak menghasilkan daging yang bisa dimakan seperti ayam, setidaknya ia memberi hiburan kepada kami. Saya kadang heran dengan kucing, bagaimana ia bisa membuat kami tertawa, sedangkan dia sendiri wajahnya datar : D.
Kucing yang kami pelihara sebagian besar bertubuh bersih. Kadang ada kucing dekil yang datang ke rumah kami, tapi kami hanya memberinya makan tanpa menahannya untuk tinggal. Sekarang kami membatasi jumlah kucing yang boleh menginap di rumah kami. Saat ini kami hanya menahan satu kucing untuk boleh menginap di rumah kami.


Sebenarnya kucing ini milik tetangga belakang rumah saya. Warnanya telon (tiga), putih, orange dan hitam. Awalnya dia malu-malu masuk ke rumah. Dia juga takut ketika pertama kali melihat saya. Sekarang boro-boro takut, dia sering menggigit dan mencakar tubuh saya. Saya memanggilnya dengan sebutan Pussy, sedangkan adikku kadang memanggilnya dengan sebutan Cil. Sekenanya saja kami memanggilnya. Dia berjenis kelamin perempan dan alhamdulillah dia belum beranak-pinak : D. 
Kucing yang saat ini tinggal di rumah kami sedikit galak, kadang sifat manjanya juga keluar. Dia akan segera menggigit jika kami menggodanya. Kadang dia mencakar kami jika kami memegang ekornya, tapi karena kegalakannya itulah yang membuat kami tak bosan menggodanya. Jika ia ingin keluar atau masuk rumah sedangkan pintu dalam keadaan tertutup, dia tak segan-segan bersuara meminta untuk dibukakan pintu. Dia sudah tak malu-malu lagi mendekati adik saya yang sedang tidur dan ikut-ikutan tidur di sebelahnya. Dia juga sudah mengenal suara laci meja makan ditarik dan didorong. Dia pasti akan segera bangkit mendekati meja makan dan berharap kami memberinya makan.
Kucing sadar kamera
 Kucingnya sedang jerawatan.
Kami sudah lupa, berapa kali rumah kami disinggahi kucing. Sebelum kucing telon ini singgah di rumah kami, ada tiga kucing kecil yang tinggal di rumah kami. Mereka ditinggal mati ibunya yang keracunan, padahal mereka masih memerlukan ASI. Saya sempat kapok tidak mau memelihara kucing lagi gara-gara ketiga kucing kecil itu. Waktu itu sebagai pengganti ASI, kami memberinya susu kental manis sejenis Indomilk. Kami encerkan susu itu dan meminumkannya ke kucing-kucing kecil. Kami tidak tahu kalau susu tersebut tidak cocok untuk kucing. Kami tidak bisa memberikan kasih sayang seperti ibunya, menjilati tubuhnya yang semakin kurus dan memberika susu formula khusus kucing. Kami tidak tahu. Walhasil ketiganya mati satu per satu. Astaghfirulloh.... bodohnya kami... :(
Bukan pertama kalinya ketiga kucing kecil mati di rumah kami. Dulu ketika saya masih SMP, saya juga pernah menghadapi kucing yang sekarat. Dia sudah lama sakit karena sudah tidak mau menyusui ibunya. Saya memberinya minum teh manis. Saya suapi sedikit demi sedikit. Tak lama kemudian tubuhnya kejang-kejang dan mati. Pernah juga kami mengalami musibah yang tidak terduga, misalnya kucing mati terlindas mobil di sebelah rumah kami. Dulu sebelah rumah kami ada lapangan kecil.  Kami juga pernah menghadapi kucing yang jatuh ke dalam sumur. Bapak akan cepat-cepat mencari kayu yang kuat dan  tangga. Kayu dimasukkan ke lubang tangga paling atas dan diletakkan diatas sumur. Bapak turun ke dalam sumur untuk menyelamatkan kucing itu.

Peristiwa lain yang masih saya ingat hingga saat ini adalah ketika saya mendapati seekor kucing yang mati gara-gara terendam air di bawah tumpukan pakaian kotor saya. Saya tidak tahu kalau kucing tersebut tidur di ember yang penuh dengan pakaian. Dia nyungsep di bawah pakaian. Kucing itu tidak bersuara dan menggerakkan tubuhnya ketika ember belum diisi air. Saya tidak tahu kalau di dalamnya ada seekor kucing. Barangkali dia sudah mati sebelum saya mengisi air. Entahlah. Saya isi ember dengan air sampai penuh. Saya bersihkan baju satu-per satu dan memindahkan baju yang telah diberi sabun di ember lain. Betapa kagetnya saya ketika ada sosok tubuh kucing yang membujur kaku di dalam rendaman cucian. Saya shock dan berteriak memanggil ibu saya. Astaghfirullah... Kejadian itu terjadi ketika saya masih SMP.
Walaupun saya pernah mengalami pengalaman yang buruk dengan beberapa kucing karena kelalaian kami, setidaknya ada kucing yang betah berlama-lama di rumah kami. Mungkin karena kucing tersebut sudah dewasa, sehingga kami tidak terlalu kesulitan memeliharanya. Pertama adalah kucing yang bernama Sipur dan berikutnya adalah kucing telon yang saya bahas tadi. Sipur ini terakhir saya lihat, wajahnya penuh dengan luka. Mungkin dia baru saja berkelahi dengan kucing lain. Dia bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Tak lama kemudian dia keluar dan menghilang sampai sekarang. Mungkin sudah mati. Kucing tersebut kami pelihara setelah saya lulus SMA. Dia adalah kucing jantan yang sangat kalem dan penurut.     
Semua orang yang selama hidupnya tidak terlepas dengan kucing pasti pernah mengalami hal yang sama dengan kami. Walaupun hewan itu hanya memberikan hiburan kepada kami, ada rasa iba jika melihat kucing terlunta-lunta di jalanan. Niat hati ingin memelihara semua kucing di jalanan, tapi tangan tak sampai. Saya pinginnya, cukup satu saja yang tinggal dirumah kami. Jangan beranak-pinak. Harus nurut : D. Kalau ada kucing pendatang lain, cukup kami beri makan saja. Jangan menginap di rumah kami, karena kami belum bisa ngrekso (menjaga) dengan baik.

4 komentar:

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...