Kamis, 02 Juni 2016

MUHAMMADIYAH ATAU NU

Membicarakan dua organisasi ini tidak ada habisnya. Sebenarnya ajaran pokok mereka sama. Syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa dan haji. Yang beda hanyalah masalah khilafiyahnya. Tapi saya agak sensitif jika ada teman yang menganggap bahwa kitab kuning adalah ajaran NU atau identik dengan NU.
Ceritanya teman sebangku SMP saya, namanya Munifah silaturahmi ke rumah saya. Bertahun-tahun dia tidak ke rumah saya. Sebenarnya kami tetap berkomunikasi lewat FB tapi intensitasnya bisa dihitung dengan jari. Mungkin karena kesibukan kami masing-masing sehingga kami jarang menyapa lewat FB. Saya pun jarang ke rumahnya sehingga pertemuan kami kemarin begitu mengesankan. 
Sebelum kami bertemu, dia membuat janji terlebih dulu dengan saya. Dia menanyakan kepada saya lewat FB kapan ada waktu luang, karena ia ingin berkunjung ke rumah saya. Sebelumnya dia pernah membuat janji akan datang ke rumahku, tapi karena terbentur dengan kesibukan dia membatalkan janji sebelumnya. Tak lama setelah dia membatalkan janji, dia menghubungi saya lagi. Dia janji lagi mau datang tanggal sekian bulan sekian tahun 2016 (saya lupa tanggal persisnya).
Dia benar-benar datang ke rumah saya. Saya senang sekali akhirnya kami bertemu. Dia masih seperti dulu. Tidak banyak berubah, Masih tetap mancung seperti dulu, karena dia keturunan arab. Keturunan salah satu pengusaha batik di Pekalongan. Hanya model pakaiannya saja yang berubah. Dia memakai gamis dan jilbab menjulur panjang. Saya yakin pakaiannya lebih mahal dari pakaian saya. Kami bersalaman dan cipika-cipiki.
"Bagaimana kabar kamu Mi?" Tanya dia sambil tersenyum.
"Baik alhamdulillah..." Kataku sambil mempersilahkan duduk.
"Sibuk apa sekarang?" Tanya Munifah lagi.
"Biasa.. Ngajar, ngurus anak-anak main di rumah dan sekolah. Kamu sendiri bagaimana?"
"Bantu mama ngurusin batik dan aku juga sedang belajar bisnis kecil. Bikin baju seperti yang aku pakai ini Mi. Nanti aku kirim ke kakakku yang di luar kota... Aku sedang mencari penjahit Mi. Kebetulan ada temanku yang mempunyai kenalan di daerah dekat rumahmu. Namanya mbak Elok."
"Oooohh.. Di mbak Elok ya."
"Iya aku mau coba dulu. Sambil mencari cadangan penjahit lain. Kalau mbak Elok bagus jahitannya, ntar aku terusin." 
"Kamu sudah tidak di pabrik?" Tanyaku.
"Nggak... Beberapa tahun setelah aku kerja di pabrik badanku ngedrop. Aku kemarin sakit selama tiga tahun Mi. Akhirnya aku keluar dari pabrik dan berobat sampai sekarang. Sekarang sudah agak mendingan."
"Sakit apa? Sampai tiga tahun???" Saya cukup terkejut mendengarnya. "Pasti sering telat makan ya?"
"Hehehe... Iya mungkin. Macem-macem pokoknya... Udah gak usah aku jelasin. Hehehehe. Kamu masih jahit nggak Mi?"
"Masih, tapi sebatas baju saya sendiri dan kalau ada pesanan."
"Itu ada patung buat baju... Kamu jualan ya Mi?" Kata Munifah sambil menunjuk baju.
"Iya kadang-kadang kalau baju sudah jadi, orangnya mau minta difotokan saya fotokan pakai patung itu."
"Ouh.... Mi, kamu kuliah ya...?"  Tanya Munifah. Dia baru tahu beberapa bulan yang lalu lewat FB kalau aku kuliah.
"Iya alhamdulillah..."
"Alhamdulillah...Ambil jurusan apa?"
"Syari'ah Al Ahwal Asy Syakhsiyah."
"Apa itu, Mi?"
"Hmmmm.... Intinya tentang Hukum Keluarga Islam. Hukum Pribadi."
"Kenapa tidak masuk ke jurusan pendidikan?"
"Entahlah... Merasa nyaman saja ketika memilih pilihan aku sendiri. Memilih dengan senang hati. Apalagi jurusan tarbiyah saat itu sangat penuh. Aku benar-benar tidak tertarik ke sana."
"Kamu masuk tahun berapa Mi?" Saya terus dicerca pertanyaan oleh Munifah.
"Tahun 2010. Aku kuliah kira-kira lima tahun setelah lulus SMA."
"Oooohh... Saya baru tahu, Mi." Munifah manggut-manggut. "Enakan gitu ya Mi... berhenti sejenak kemudian baru kuliah. Jadi bisa mempertimbangkan jurusan apa yang cocok buat kita. Tidak terburu-buru memutuskan. Kayak teman kita Nuzha, dia mondok dulu 1 tahun kemudian dia kuliah."
"Ya ada benarnya. Aku dulu juga harus belajar bahasa arab terlebih dahulu... karena dulu aku pikir ketika kita kita akan masuk ke perguruan tinggi yang berbasis islam, maka yang harus kita siapkan adalah penguasaan bahasa arab. Dulu sebelum masuk ke STAIN Pekalongan saya belajar kitab kuning dulu di madrasah diniyyah. Selain itu ada beberapa hal yang akhirnya mengharuskan aku kuliah lagi. Tahun 2009 aku ditarik tetangga untuk mengajar di sekolahnya dan peraturan pemerintah yang baru mengharuskan semua pendidik harus S1."
"Kitab kuning? Apaan itu Mi?" Munifah penasaran. Saya berdiri, berjalan ke arah rak buku di ruang tamu dan menunjukkan salah satu koleksi kitab kuning saya. Saya menunjukkan kitab itu kepada Munifah.
"Kamu NU ya Mi?" Saya tertawa ketika dia menilai saya pengikut ormas NU hanya karena saya belajar kitab kuning.
"Aku itu....." Saya berhenti sejenak tanpa bernafas (hahaha kayak saktah aja). "...NU dan Muhammadiyah. Hahahahaha...."
"Dasar kamu Mi... Hehehehe. Kitab kuning dalamnya seperti apa?" Tanya Munifah.
"Yah... kayak gini... Bisa lihat sendiri." Kataku sambil membuka kitab itu dan menyodorkan kepada Munifah.
"Isinya apa nih Mi?"
"Sebenarnya, kitab kuning itu banyak macamnya. Kalau yang kamu pegang itu tentang fiqih."
Dia membalik halaman berikutnya dan seterusnya. Entahlah apa yang ada di pikirannya ketika melihat kitab itu. Kitab yang penuh dengan terjemahan coretan tanganku, ada yang tulisannya arab dan ada yang tulisan jawa campur indonesia. Ada juga fathah, kasroh, dlomah dan sukun yang berceceran saya tulis di kitab itu. Saya tidak mengenyam pendidikan pondok. Tapi saya dulu begitu penasaran dengan kitab kuning itu. Intinya, kitab kuning bukanlah kitab propaganda untuk mengikuti NU. Sama seperti buku ilmu pengetahuan pada umumnya. Semua orang bisa mempelajarinya. Kelebihan mempelajari kitab kuning yaitu kita bisa tahu isi dari kitab itu dan sekaligus menambah perbendaharaan ilmu nahwu, shorof dan kosa kata bahasa arab. 
Semoga tulisan saya bermanfaat bagi teman-teman semua. Tapi perlu dicatat ya. Kalau mempelajari kitab kuning, wajib harus ada gurunya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...