Selasa, 05 April 2016

AGUNG dan SABIL

Kemarin Agung masuk ke kelasku karena ia masih berumur tiga tahun. Sebenarnya dia tidak mau dipisah dengan sepupunya yang bernama Sabil. Begitu juga Sabil yang tidak mau berpisah dengan Agung di kelas PAUD 2. 
Agung dan Sabil masih mempunyai ikatan saudara. Ayah Agung adalah adik dari ibunya Sabil. Sabil lebih tua satu tahun dibanding Agung. Ketika berangkat sekolah Agung ditemani oleh neneknya sedangkan Sabil ditemani oleh ibunya. Agung jarang ditemani ibunya karena ibunya bekerja dan libur pada hari sabtu.   
Sabil sangat bersemangat jika ada Agung. Dulu sebelum Agung mendaftar sekolah Sabil pernah mendaftar dan masuk ke kelas PAUD 1. Tapi frekuensi masuknya tidak begitu lama. Kadang masuk kadang tidak dan ujung-ujungnya dia tidak masuk sampai berbulan-bulan. Pada tahun ajaran berikutnya Agung masuk sekolah dan Sabil mau barangkat ke sekolah lagi.
Agung dan Sabil ini anaknya cukup aktif. Apalagi kalau urusan jajan, ngamuk, mengganggu temannya dan saya kadang juga diganggu. Teman saya yang mengajar di PAUD 2 sering mengeluh menghadapi Agung dan Sabil ketika awal masuk tahun ajaran baru. Ibu Sabil juga kadang sering mengeluhkan anaknya yang suka mengamuk dan nakal. Sebenarnya ibu Sabil menginginkan agar Agung dan Sabil dipisah saja. Agung masuk PAUD 1 karena ia masih berumur tiga tahun dan Sabil masuk di PAUD 2 karena ia sudah berumur empat tahun. Ibu Sabil menginginkan agar anaknya lebih dewasa dibanding Agung. Dengan berbagai pertimbangan dan musyawarah antara wali murid dan guru PAUD 2, akhirnya Agung dipindahkan ke PAUD 1. 
Saya tidak kaget ketika mendengar cerita teman saya karena saya sering menghadapi hal yang serupa tentang mereka berdua ketika dulu di kelas PAUD 1. Agung kadang mengganggu temannya dengan cara meninju temannya yang duduk di sebelah. Kadang ketika ngamuk, Agung memukuli neneknya dan Sabil menirukannya. Sebenarnya tingkah laku mereka menurut saya dan teman saya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitar mereka. Ternyata memang benar ketika saya bertanya kepada neneknya apakah Agung atau Sabil pernah dipukul atau dikasari ketika melakukan kesalahan di rumah. Neneknya menjawab Agung atau Sabil sering dipukul, dimarahai, dan kadang dicubit ketika melakukan kesalahan.
Awalnya memang susah untuk memisahkan Agung dan Sabil. Ketika Agung masuk di kelas saya tanpa Sabil, ia kelihatan tidak bersemangat. Kadang ia bertanya kepada neneknya tentang Sabil. Ia masih seperti dulu. Ketika saya membuat titik-titik di whiteboard dia mendekat dan langsung menghapus tulisan saya tanpa permisi dan tanpa saya suruh. Saya tulis lagi, dia menghapus lagi. Begitu juga ketika dia mendesak maju ke depan duduk dengan tiba-tiba tanpa melihat temannya yang di belakang. Bayangkan saja bagaimana anak gemuk maju tanpa permisi kemdian duduk tiba-tiba "BRUGGG" di atas kaki teman-temannya yang sudah menempati posisi nyaman. Temannya langsung minggir takut ditindih Agung. Sesekali Agung berusaha merebut spidol saya tapi saya langsung sigap menyembunyikannya. : D
Saya kadang bingung bagaimana caranya agar Agung tidak menghapus titik-titik yang akan saya gunakan untuk menebali huruf di Whiteboard. Akhirnya kemarin saya alihkan ke buku. Saya mengajak murid-murid yang lain mengambil buku dan saya membuat titik-titik di buku anak-anak. Sekedar untuk mengalihkan Agung. Pada saat itu Agung keluar dan saya gunakan kesempatan tersebut untuk membuat titik-titik di whiteboard. Anak-anak lain bisa menebali hruf dengan tenang. Teman-teman ada yang bisa memberikan saya solusi untk menangani  anak yang seperti Agung? Pendekatan mengajak bicara neneknya sudah saya lakukan. Untuk sementara ini hasilnya belum memuaskan. 


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...