Rabu, 27 April 2016

MALU MENJADI DIRI SENDIRI

Apakah kamu adalah orang yang suka mengganti-ganti nama asli? Mengganti nama asli bukan karena sebab anjuran Doktor Arkand misalnya? Kali ini saya akan membahas tentang orang-orang yang mengganti hal-hal terkait tentang dirinya dikarenakan tidak PD, misalnya ganti nama. Sebenarnya bukan orang-orang tersebut saja yang tidak PD dengan nama aslinya, saya sendiri dulu waktu kecil malu dengan nama saya Umi Khamdanah. 
Dulu saya tidak PD dengan nama Umi karena nama tersebut sudah pasaran dan malu kalau dipanggil Umi. Dulu saya lebih suka dengan nama belakang saya, Khamdanah. Saya senang jika paman saya memanggil Khamdanah. Saya dulu ingin dipanggil dengan nama Ana atau Dana karena kedengaran lebih keren, tapi dipikir-pikir susah menerapkannya. Orang tua sudah membiasakan orang-orang di lingkungan kita memanggil Umi. Walhasil berkat latihan menerima apa adanya pemberian orang tua, saya bisa menerima nama yang diberikan orang tua.
Ada beberapa teman saya yang tidak PD dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya. Nama aslinya diganti dengan nama yang kelihatan keren atau ditambah dengan nama lain. Misal nama aslinya Dasmi'ah. Dia tidak mau dipanggil mbak Dasmi atau mbak Dasmi'ah. Dia maunya dipanggil Mia. Suatu ketika Mbak Mia ini ditunjuk oleh ketua PKK untuk menjadi pembicara pada sebuah acara di kelurahan saya. Pada waktu rapat mbak Mia tidak hadir sehingga saya memberitahukannya lewat SMS.
"mbak Mia, tanggal 1 April 2016 pukul 08.00 ada acara di kelurahan, jenengan ditunjuk ketua PKK untuk menjadi pembicara inti. Jenengan mau atau tidak?" Saya memulai SMS.
"Ouh... Iya mau mbak." Jawab mbak Mia.
"Oke, nanti saya sampaikan ke bu Dini."
"Jangan lupa mbak, nanti bilang ke bu Dini/ Pembawa acaranya, nanti kalau giliran saya maju tolong pakai nama Mia Afandi saja ya." Jawab mbak Mia. Afandi itu nama suaminya.
Nah... lo...
Selain mbak Mia, saya juga mempunyai teman lain yang tidak PD dengan namanya. Nama aslinya Bariyah Mudrika. Aslinya orang Purbalingga, dia pindah ke Batang karena tuntutan pekerjaan. Dia menikah dengan orang Batang. Ketika saya melihat undangan pernikahannya, dia tidak mencantumkan nama Bariyah Mudrika, melainkan Bariyah El Karimah.
Contoh lainnya masih ada, tapi cukup dua saja. : D. Kesimpulannya menurut saya apapun nama yang diberikan orang tua kepada kita sepanjang mempunyai makna yang bagus dan mengandung doa ya kita terima saja. Kalau mau ganti nama tanyakan dulu kepada pakarnya seperti Doktor Arkand misalnya. Dari pada repot nantinya merubah segalanya, mengubah KTP, ijazah, akte kelahiran, harus melalui pihak-pihak yang berwenang dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. So be yourself.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...