Minggu, 22 Mei 2016

ANAK MANJA

Melatih anak untuk tidak manja sebaiknya dilakukan sejak kecil karena jika anak dibiarkan dituruti keinginannya secara terus menerus maka hal itu akan berdampak buruk bagi pribadi anak di kemudian hari. Sesekali kita tidak menuruti keinginan anak agar dia belajar bahwa semua keinginan tidak harus dituruti pada saat itu juga. Walaupun dia mengamuk di depan khalayak ramai, menangis dan mengancam. Sesekali kita tega membiarkan anak kita guling-guling meminta sesuatu, toh pada akhirnya dia akan berhenti menangis dan pada saat itu kita harus mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lain, misalnya mengajak bermain dengan anak tetangga, mengajak jalan-jalan di sekitar kita dan cara positif lain.
Ternyata memang benar jika anak yang selalu dimanja sejak kecil akan mempunyai kepribadian yang buruk di kemudian hari. Saya mempunyai teman yang dari kecil semua keinginannya terpenuhi. Mulai dari hal yang sepele hingga yang besar. Dia bercerita sendiri bagaimana masa kecilnya dan bagaimana kesulitan yang dihadapinya saat ini jika keinginannya tidak tercapai. Dia gampang marah dan emosi. Teman saya yang lain juga mengalami hal seperti itu, begitu sulitnya mencegah adiknya yang ingin menguasai harta orang tuanya saking dari kecil dia sering dimanja.
Teman pertama saya bercerita tentang masa kecilnya yang selalu dimanja ayahnya. Mungkin karena ia adalah anak terakhir dan satu-satunya anak cowok. Dia bercerita bagaimana cara dia mendapatkan motor tiger ketika dia masih SMP. Dulu dia ingin sekali mempunyai motor tiger yang mana di kala itu masih menjadi primadona anak-anak muda di kampungnya. Awalnya ayahnya tidak mengabulkan keinginannya. Ayahnya membelikan motor model bebek. Teman saya ngambek ketika melihat motor bebek yang baru saja dibelikan olah ayahnya. Dia bersikeras tetap pada pendiriannya ingin memiliki motor tiger karena terlihat lebih keren dibanding motor bebek.

 motor tiger jaman kuno


motor bebek jaman kuno

Awalnya dia mau memakai motor bebek itu. Dia mau mengantar makanan ayahnya ke sawah dengan motor tersebut. Tapi alangkah terkejutnya ayahnya ketika dia memperlakukan motor itu di pinggir sawah. Motor bebek itu dimasukkan ke sawah dan teman saya berjalan kaki meninggalkan motor tersebut. Tapi saya sangat salut dengan ayahnya bagaimana ia mengejarkan anaknya agar tidak mencuri. Dia boleh meminta apapun asal dia tidak mencuri. Ayahnya akan memberi uang berapapun yang teman saya minta asal dia tidak mencuri dan berkata jujur. Tapi di sisi lain ayahnya tidak mengajarkan bagaimana menahan diri meminta sesuatu sehingga kebiasaan itu terbawa hingga ia dewasa. 
Saya sering melihat teman saya begitu marahnya jika melihat sesuatu yang tidak ia sukai. Kadang hal sepele bisa membuat dia marah, misal helmnya jatuh maka dia akan mengumpat dan emosi. Kadang pula ketika dia mengatakan sesuatu dan saya tidak sependapat dengannya dia akan ngotot mempertahankan pendapatnya dan dia akan mengancam jika keinginannya tidak dituruti.
Tidak hanya teman saya saja yang mengalami hal seperti itu. Ditempat lain juga ada yang seperti teman saya dan dampaknya kurang lebih sama parahnya dengan teman saya. Kebetulan orangnya masih ada hubungan saudara dengan tetangga saya. Suatu hari tetangga saya berkunjung ke rumah saya meminta bantuan untuk mengetikkan surat pernyataan pemberian harta atau hibah. Tetangga saya aslinya orang luar Pekalongan dan suaminya asli Pekalongan. Melihat isi surat itu saya awalnya khawatir, karena biasanya orang tua yang tiba-tiba datang kerumah dan membuat surat seperti itu pertanda ada sesuatu yang akan terjadi. Istilah orang Pekalongan "pak mekasi". Lol. Orang tua tetangga saya datang jauh-jauh berkunjung dari luar kota ke rumah anaknya bermaksud untuk membuat surat pernyataan pembagian harta.
Isi dari surat tersebut adalah tentang pembagian tanah dan rumah. Tetangga saya dan orang tuanya takut jika tanah dan rumah tersebut tidak segera dibagi, dikhawatirkan adik bungsu tetangga saya menguasai harta tersebut. Karena Selama ini adik tetangga saya menjual beberapa tanah milik orang tua tanpa sepengetahuan tetangga saya yang di Pekalongan dan kakaknya di Kalimantan. Usut punya usut, ternyata anak bungsu yang menguasai harta orang tua tetangga saya itu dari kecil selalu dimanja. Sehingga sampai besar dan dewasa, keinginannya ingin selalu dituruti dan dampaknya kepribadiannya menjadi buruk. Dia sudah berulangkali menjual tanah milik orang tuanya tanpa sepengetahuan kedua kakaknya dan dia tidak setuju jika tanah dan rumah itu dibagi kepada anak yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...