Kamis, 19 Mei 2016

DIKLAT BERJENJANG

Hai... teman-teman semua assalamu'alaikum, selamat malam. Apakah kamu sudah sukses di sana. Alhamdulillah saya sudah sukses di sini. Walaupun kenyataannya seperti ini saya akan tetap bilang bahwa saya sudah sukses karena ucapan adalah doa. Saya yakin saya sukses. : D. Kali ini saya akan membahas diklat berjenjang karena saya sedang galau memikirkannya. Galau karena bagaimana nanti kelanjutannya.
Di kota saya, dinas pendidikan sedang gencar-gencarnya menghimbau pendidik PAUD yang masih lulusan SMP, SMA, SMK atau tidak kuliah di jurusan kepaudan untuk segera melakukan study lanjut. Ada dua pilihan yang ditawarkan oleh dinas pendidikan. Pertama, adalah melanjutkan S1 PAUD. Kedua, mengikuti diklat berjenjang. 
Dua tawaran ini masih menjadi polemik di kalangan guru PAUD yang belum "bertitel" S. Pd. Aud. Apakah akan melanjutkan S1 PAUD atau mengikuti diklat berjenjang saja. Saya sendiri lebih condong ke diklat berjenjang karena saya baru saja selesai kuliah. (nembe mawon kuliah... ampun ditawari kuliah riyeenn...).
Sebelumnya kita bahas dulu. Apa sih diklat berjenjang itu. Diklat berjenjang adalah sejenis pelatihan seperti workshop dimana materi yang dibahas tidak jauh berbeda dengan kuliah dan dilaksanakan secara bertahap. Ada jenjang pertama, kedua dan seterusnya. Diklat berjenjang ini diibaratkan seperti ringkasan kuliah. Apakah kita akan mendapatkan gelar S1 jika kita mengikuti diklat berjenjang? Tidak sayang. Kita tidak akan mendapat gelar apapun. Kita hanya mendapat ilmu, teman dan sertifikat yang diakui oleh dinas pendidikan. Seberapa mahal biayanya? Kalau di kota saya mematok tarif Rp. 500.000,- per guru untuk jenjang yang pertama dan bisa diangsur. Kapan waktunya dan berapa kali pertemuan? Habis lebaran tahun 2016 dan 5 hari pertemuan. Acara akan dimulai pada pagi hari dan selesai sore hari.
Ada beberapa guru yang berminat mengikuti diklat berjenjang dan ada pula yang lebih memilih kuliah S1 PAUD. Saya dulu awalnya ragu karena ada beberapa teman guru yang memberikan penjelasan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika kita mengikuti diklat berjenjang. Dia khawatir jika nantinya diklat berjenjang tidak berlaku lagi di masa mendatang dikarenakan perubahan peraturan pemerintahan. Sebagai contoh akta IV dan guru bertitel S. Pd. Dulu, guru lulusan selain sarjana pendidikan diharuskan menempuh pendidikan akta IV agar bisa mengajar di sekolah. Pada waktu itu beberapa guru lulusan sarjana non pendidikan berbondong-bondong mengejar akta IV. Saya yakin ada beberapa guru PAUD yang pernah mengenyam pendidikan akta IV dan sarjana kependidikan. Mereka saat ini dianjurkan belajar dan kuliah lagi. Sekarang akta IV sudah tidak dipakai mungkin dikarenakan pergantian pemerintahan yang membuat aturan baru. Yang menjadi pertanyaan, apakah diklat berjenjang ini nantinya akan sama nasibnya dengan akta IV?
Selain khawatir berlaku atau tidaknya diklat berjenjang di masa mendatang, ada juga yang mengkhawatirkan tentang biaya dan tempat jika nanti mengikuti diklat berjenjang berikutnya. Ada satu teman saya yang bersemangat akan mengikuti kuliah reguler S1 PAUD. Dia tidak tertarik sama sekali dengan diklat berjenjang. Alasan pertama, lulusan diklat berjenjang tidak mempunyai gelar sarjana. Kedua, dia khawatir biaya diklat jenjang berikutnya sangat mahal hingga puluhan juta. Ketiga, tempat pelaksanaan diklat berjenjang berikutnya bisa jadi di luar kota, sehingga akan menambah beban biaya lagi.
Tapi saya kira masalah biaya akan disesuaikan karena dinas pendidikan pasti tahu dan memahami seberapa besar gaji yang didapat guru PAUD. Jika nantinya pada jenjang berikutnya harus mengeluarkan puluhan juta dan saya tidak mampu membayarnya, maka saya hanya akan mengikuti jenjang yang pertama saja. Saya tidak akan menyesalinya karena saya pernah merasakan kuliah di jurusan lain. Dari pada kuliah lagi mengejar S1 PAUD, lebih baik biaya tersebut dialokasikan untuk keluarga saya yang masih membutuhkan atau untuk pendidikan anak kita nanti. Sedangkan untuk lokasi pelaksanaan yang pertama di dalam kota. Adapun nanti jenjang berikutnya dilaksanakan di luar kota, saya tidak akan memikirkan itu dulu. Karena yang tahu persis kebutuhan saya akan diklat tersebut adalah saya sendiri. Saya akan mengajar, maka saya harus punya bekal.  
SEMANGAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...