Selasa, 03 Mei 2016

Menjamu Acara Nikahan

Wanita memang jago ngerumpi. Sampai masalah menjamu pernikahan pun dibicarakan. Beberapa minggu yang lalu teman saya menikah. Suaminya berasal dari daerah kabupaten. Daerahnya cukup pelosok dan sudah mendekati daerah perbatasan kota lain.
Adat di daerah saya biasanya beberapa hari setelah ijab qobul akan ada acara Balek Kloso (pengantin wanita diantar rame-rame ke rumah suaminya). Tetangga-tetangga diundang oleh orang tua mempelai wanita. Si punya hajat menyewa beberapa mobil dan orang-orang yang ikut dimintai iuran.
Tetangga tidak akan keberatan dimintai iuran. Mereka ikut tanpa paksaan. Apalagi jika tempat yang dituju adalah tempat yang ingin mereka nikmati pemandangan alamnya. Mereka sangat bersemangat dan hitung-hitung sesekali rekreasi untuk membunuh kejenuhan dari kesibukan mengurus rumah tangga.
Kebanyakan dari mereka memakai baju yang bagus-bagus ketika mengikuti balek kloso. Ada yang mengajak anak dan pasangannya. Sedangkan yang punya hajat membawa oleh-oleh untuk diserahkan kepada besannya. Keluarga besar mempelai wanita diajak semua. Mempelai pria dan wanita duduk bersama di mobil yang paling bagus.
Orang-orang yang tidak ikut balek kloso pasti akan menanti cerita dari mereka. Bagaimana perjalanannya, pemandangannya, kampung halaman mempelai pria, sambutan keluarga mempelai pria dan bagaimana suguhan makanannya. Kebetulan saya dan bu Dewi tidak ikut, jadi kami hanya mendengar cerita teman-teman kantor yang ikut.
"Bagaimana kemarin perjalanan ke Petung Kriyono?" Tanya bu Dewi.
"Pemandangannya indah, masih asri." Jawab teman saya yang bernama bu Sinta.
"Sejuk." Bu Atik menambahi. Bu Atik juga mengikuti acara balek kloso.
"Yang mengecewakan suguhannya." Kata bu Sinta.
"Emang kenapa dengan suguhannya?" Tanya bu Dewi.
"Masak kita jauh-jauh dari Pekalongan perjalanan setengah jam lebih suguhan minumnya air putih dan makanan kecil. Ditambah pengantin wanita ikut-ikutan mengedarkan makanan dan minuman. Seharusnya pengantin duduk manis saja, yang melayani tamu ya saudara dari mempelai pria." Kata bu Atik.
"Setidaknya ada soto atau makan siang. Minumnya yang hangat, misalnya teh hangat. Perjalanan yang jauh kan kadang bikin kepala pusing. Cuma disuguhi air putih." Bu Sinta menambahi.
"Dandannya sudah keren, pakaiannya yang paling bagus.... eh.... disuguh air putih sama cemilan. Saya ketika pulang sempat diajak bu de mampir ke Soto Bang Ahmad di Landung Sari, tapi berhubung saya satu mobil dengan ibu mempelai putri jadi tidak enak mau ngajak makan soto. Ibu mempelai putri sempat malu sendiri dan menyinggung tentang suguhan dari pihak menantu yang tidak memuaskan." Kata bu Sinta lagi.
"Kamu nanti suatu saat kalau sudah nikah, persiapkan secara matang, tamu dihormati disuguh dengan pantas." Kata bu Atik menunjukku sambil senyum-senyum.
"Iya bu..." Kataku.

Suatu acara pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Mungkin niat mempelai ingin mengadakan acara yang sederhana saja. Bisa jadi mungkin sudah adat istiadat suguhan di daerah tersebut seperti itu. Tapi kalau tamunya model bu Sinta dan bu Atik pasti diomong di belakang layar seperti itu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alamat

Berbagi Kebahagiaan, ilmu yang pernah diajarkan kepada saya.
Terima Kasih untuk guru, teman dan keluarga tercinta.

ads

loading...